Pernah nggak kamu mikir, “Gue mau jualan online, tapi mulai dari mana ya?” Nah, sebelum kamu sibuk mikirin strategi marketing atau ngedesain kemasan, ada satu hal penting yang harus kamu pahami dulu: model bisnis.
Yup, ini adalah pondasi dasar dari semua jenis usaha, dari yang kecil sampai yang unicorn. Tanpa model bisnis yang jelas, jalanin strategi ibarat lari tanpa arah. Yuk, kita kupas bareng!
🧱 Apa Itu Model Bisnis?
Model bisnis itu sederhananya adalah cara usaha kamu menghasilkan uang.
Bukan cuma soal jual-beli doang, tapi mencakup:
- Siapa pelangganmu?
- Apa yang kamu tawarkan?
- Gimana cara kamu dapet untung?
Bahasa gampangnya:
Model bisnis itu blueprint yang nunjukin: “gue jualan ke siapa, lewat mana, dan dapet duitnya gimana.”
Kenapa Harus Ngerti Model Bisnis Duluan?
Sebelum kamu sibuk bikin promosi, lebih penting buat ngerti kamu itu main di mana dan caranya gimana. Karena…
- ❌ Salah model = strategi secanggih apa pun bakal boncos
- ✅ Model yang tepat = strategi bisa disesuaikan dan dimaksimalkan
Misalnya, jualan nasi goreng keliling (model direct selling) butuh pendekatan beda banget sama buka franchise.
Jenis-Jenis Model Bisnis yang Wajib Kamu Tahu
Sekarang kita masuk ke bagian paling seru: macam-macam model bisnis yang bisa kamu tiru, modifikasi, atau kombinasikan.
1. B2C (Business to Consumer)
Model paling umum. Kamu langsung jual produk ke konsumen akhir.
Contoh:
- Jualan skincare di marketplace
- Kedai kopi kekinian
2. B2B (Business to Business)
Kamu jual ke bisnis lain, bukan ke konsumen langsung.
Contoh:
- Jasa desain logo buat brand UMKM
- Supplier bahan baku buat resto
3. Franchise
Beli lisensi merek dan SOP dari bisnis yang udah jalan.
Contoh:
- Beli lisensi fried chicken Ayam Geprek XYZ
- Buka Alfamart
4. Dropship
Kamu jual barang milik orang lain tanpa stok. Supplier yang kirim.
Contoh:
- Jual baju anak via Instagram, barang dari marketplace
- Toko online berbasis Shopee & supplier Tokopedia
5. Freemium
Pakai gratis, bayar kalau mau fitur premium.
Contoh:
- Aplikasi edit video gratis, tapi watermark hilang kalau langganan
- Platform edukasi: gratis belajar dasar, bayar buat sertifikat
🔗 Baca Juga: Proses Produksi: Kunci Sukses Bisnis dari Balik Layar
6. White Label
Kamu jual produk buatan pabrik lain, tapi pakai merekmu sendiri.
Contoh:
- Body lotion produksi pabrik, kamu labelin jadi “GlowNatural”
- Minuman serbuk dengan nama brand sendiri
7. Subscription (Berlangganan)
Konsumen bayar rutin buat akses produk/jasa.
Contoh:
- Platform streaming (Netflix, Spotify)
- Paket langganan kopi tiap bulan
8. Marketplace/Platform
Kamu jadi penghubung antara penjual dan pembeli.
Contoh:
- Tokopedia, Bukalapak
- Aplikasi ojek online
Tabel Perbandingan Model Bisnis
| Model Bisnis | Cocok untuk | Butuh Stok? | Potensi Margin | Skalabilitas |
|---|---|---|---|---|
| B2C | Penjual produk langsung ke konsumen | Ya | Sedang-Tinggi | Tinggi |
| B2B | Jasa profesional atau produksi | Tergantung | Tinggi | Tinggi |
| Dropship | Pemula modal kecil | Tidak | Rendah | Tinggi |
| White Label | Brand builder | Tidak | Sedang-Tinggi | Tinggi |
| Franchise | Ingin sistem siap pakai | Ya | Variatif | Tinggi |
| Freemium | Produk digital (app, layanan) | Tidak | Tinggi (jika sukses) | Tinggi |
Struktur Model Bisnis ala Business Model Canvas (BMC)
Setelah tahu jenis-jenis model bisnis, yuk kenalan dengan struktur standar yang biasa dipakai startup & UMKM modern: Business Model Canvas (BMC).
BMC punya 9 blok penting yang bisa jadi panduan kamu menyusun bisnis dari nol:
- Customer Segments – Siapa target pasarmu?
- Value Propositions – Nilai utama yang kamu tawarkan
- Channels – Gimana cara produkmu sampai ke pelanggan?
- Customer Relationships – Gimana kamu berinteraksi sama konsumen?
- Revenue Streams – Dari mana aja aliran uangnya?
- Key Resources – Aset penting yang kamu butuhin
- Key Activities – Kegiatan utama biar bisnismu jalan
- Key Partnerships – Kolaborasi strategis
- Cost Structure – Biaya utama yang harus kamu pikirin
Jadi, kalau kamu udah paham model bisnis secara umum, pakai BMC ini buat menyusun versimu sendiri, lebih sistematis.
Cara Menentukan Model Bisnis yang Cocok
Setiap bisnis beda-beda. Nah, ini panduan singkat biar kamu bisa nentuin model yang cocok:
1. Kenali Produk/Jasamu
Produk fisik? Digital? Jasa?
→ Produk fisik bisa pakai model B2C, reseller, atau white label
→ Produk digital cocok buat freemium atau subscription
2. Lihat Sumber Daya yang Kamu Punya
- Punya modal besar → bisa pertimbangkan franchise atau white label
- Modal minim → bisa mulai dari dropship atau jasa freelance
🔗 Baca Juga: Key Partners Adalah: Pengertian, Manfaat Serta Contohnya
3. Pahami Target Pasarmu
- Anak muda? Melek digital?
- Komunitas lokal? Emak-emak di lingkungan rumah?
Pilih model yang paling sesuai dengan karakter & kebiasaan belanjanya.
4. Cek Kompetitor
Amati model bisnis kompetitor yang sukses di bidangmu.
Bukan buat ditiru mentah-mentah, tapi jadi referensi buat modifikasi.
Model Bisnis Hybrid – Gaya Baru yang Fleksibel
Di era digital, banyak bisnis pakai model campuran (hybrid).
Contoh:
- B2C + Reseller: Kamu jual langsung, tapi juga buka peluang reseller
- Subscription + Produk fisik: Kopi langganan dikirim tiap bulan
- Freemium + Konsultasi: Aplikasi gratis tapi ada upsell ke sesi konsultasi
Hybrid model = lebih fleksibel = lebih banyak pintu pemasukan.
Contoh Model Bisnis Populer di Indonesia
Supaya makin kebayang penerapannya, berikut beberapa contoh model bisnis sukses yang familiar di keseharian kita:
1. Gojek / GoFood – Model Hybrid (Marketplace + Komisi)
Gojek menggabungkan model marketplace dan komisi. Mereka menghubungkan mitra (driver & merchant) dengan konsumen melalui aplikasi, dan mendapatkan komisi dari setiap transaksi.
2. Shopee – Marketplace + Ads + Komisi
Shopee menjalankan model marketplace dengan beberapa aliran pendapatan: komisi dari seller, iklan berbayar, dan layanan tambahan seperti ShopeePay & ShopeeFood.
3. Kopi Kenangan – B2C + Subscription + Digital Ordering
Awalnya hanya kopi B2C, tapi kini sudah merambah ke sistem langganan, delivery lewat app sendiri, dan ekspansi outlet fisik. Contoh model bisnis modern dengan channel digital.
4. Ruangguru – Freemium + Subscription
Platform edukasi ini pakai model freemium: banyak konten gratis, tapi fitur & materi premium bisa diakses lewat sistem berlangganan.
🔗 Baca Juga: Ngerti Faktor Produksi = Bisa Ngitung Untung Sebelum Order Datang
5. Erigo – DTC (Direct to Consumer) + Marketplace
Erigo menjual produk langsung ke konsumen lewat toko online sendiri (DTC) dan juga masuk ke marketplace seperti Shopee, Zalora, dll.
Pelajaran: Kamu bisa kombinasiin model bisnis sesuai kebutuhan dan tahap pertumbuhan usahamu.
Perubahan Model Bisnis di Era Digital
Model bisnis sekarang jauh lebih fleksibel dibanding zaman dulu.
- Dulu: Jualan harus punya toko fisik, stok barang, dan modal besar.
- Sekarang: Bisa mulai dari HP aja, lewat dropship, reseller, atau bahkan jadi content creator affiliate.
Perubahan ini terjadi karena:
- Perkembangan teknologi digital
- Mudahnya akses ke konsumen lewat media sosial
- Tersedianya platform siap pakai (Shopee, Tokopedia, Substack, dll)
Jadi, jangan terpaku sama model konvensional. Dunia digital bikin kamu bisa mulai kecil, tapi tetap punya potensi besar.
Contoh Studi Kasus: Brand Skincare Rumahan
Misal kamu mau jual skincare. Ada beberapa model bisnis yang bisa kamu pilih:
- B2C langsung: Jual via TikTok Shop dengan branding personal
- White label: Pakai pabrik maklon, produk kamu tinggal desain kemasan
- Dropship: Pakai katalog brand lain, kamu tinggal jualin
- Franchise: Join brand skincare lokal yang udah punya sistem
Kalau kamu tipe kreatif dan pengen bangun brand sendiri, maka white label + B2C bisa jadi kombinasi paling mantap.
Model vs Strategi: Jangan Ketuker, ya!
Model bisnis itu kerangka dasarnya, strategi bisnis itu cara mainnya.
Analogi simpel:
- Model: kamu mau jualan apa, ke siapa, dan gimana
- Strategi: kamu jualinnya lewat apa, gimana cara promosi, gimana dapetin loyal customer
Jadi jangan langsung mikirin “iklanin di IG atau FB Ads?”
Tanya dulu: model bisnis kamu apa?
Apa Risiko Kalau Nggak Punya Model Bisnis Jelas?
Yup, ada banyak. Dan sayangnya, ini kesalahan pemula yang paling umum.
- 🔄 Gonta-ganti strategi karena nggak tahu dasar bisnisnya apa
- 💸 Rugi promosi karena salah target
- ⛔ Produk bagus tapi nggak laku karena salah channel
- 😵💫 Bingung saat ditanya investor: “model bisnismu gimana?”
Makanya, sebelum branding atau strategi marketing: model bisnis dulu yang wajib dimatangkan.
Legalitas Model Bisnis di Indonesia
Mau model bisnisnya apa pun, tetap harus patuh sama hukum. Beberapa hal dasar:
- Usaha mikro dan kecil bisa pakai NIB (Nomor Induk Berusaha) gratis via OSS
- Produk pangan atau kosmetik harus punya izin edar (BPOM atau PIRT)
- Model franchise wajib punya perjanjian dan daftar ke Kementerian Perdagangan
- White label/maklon idealnya punya kontrak tertulis untuk menghindari sengketa
Jadi, walau model bisnis kamu fleksibel dan bisa online-only, legalitas tetap nggak boleh dilupakan.
Penutup: Model Bisnis Adalah GPS-nya Usaha Kamu
Mau sekecil apapun bisnis kamu, tanpa model yang jelas itu ibarat naik mobil tanpa GPS. Bisa nyampe sih… tapi muter-muter dulu, dan bensinnya boros.
Jadi, sebelum kamu ngiklan atau rekrut tim, tanya ke diri sendiri:
🔜 “Model bisnisku ini sebenernya apa, sih?”
FAQ
Q: Apa bedanya model bisnis dan strategi bisnis?
A: Model bisnis itu struktur dasar (siapa pelanggan, produk apa, cara jualannya gimana), sedangkan strategi bisnis adalah cara mengeksekusi supaya bisa untung maksimal dari model tersebut. Model = fondasi, strategi = eksekusinya.
Q: Bisakah satu bisnis punya dua model sekaligus?
A: Bisa banget. Contohnya: kamu jual produk (B2C), tapi juga buka reseller (B2B). Bahkan kombinasi dropship + white label juga umum dilakukan.
Q: Apakah pemula harus langsung bikin model bisnis lengkap?
A: Nggak harus ribet dulu. Mulai aja dari memahami siapa target pasarmu, mau jualan apa, dan lewat channel mana. Dari situ kamu bisa susun model secara bertahap.
Q: Apakah model bisnis bisa berubah?
A: Sangat bisa. Banyak brand mulai dari satu model (misal B2C), lalu berkembang ke franchise atau reseller. Kuncinya adaptif sama pasar.
Penulis sekaligus pelaku usaha mandiri di industri kreatif sejak 2013, dengan pengalaman di bidang konveksi, digital printing, franchise kuliner, serta strategi pemasaran berbasis SEO dan SEM.
๐ Lihat Profil Lengkap