Home » Strategi Akuisisi Bisnis: Panduan Lengkap Buat Pelaku Usaha dari Nol sampai Paham

Strategi Akuisisi Bisnis: Panduan Lengkap Buat Pelaku Usaha dari Nol sampai Paham

Di dunia bisnis, istilah “akuisisi” sering kedengeran kayak urusan korporasi raksasa aja. Tapi tunggu dulu—buat kamu yang lagi belajar bisnis atau ngejalanin UKM, paham soal akuisisi itu penting banget. Karena bisa aja suatu saat kamu terlibat langsung: entah diakuisisi, mengakuisisi, atau justru melewatkan peluang emas karena nggak ngerti konsepnya.

Yuk, kita bedah akuisisi dari sudut pandang yang lebih dekat dan realistis buat pelaku bisnis kekinian.


🎯 Apa Itu Akuisisi dalam Bisnis?

Biar nggak salah paham dari awal, mari kita mulai dengan definisi yang gampang dicerna.

Akuisisi adalah proses pengambilalihan kepemilikan satu perusahaan oleh perusahaan lain.

  • Bisa sebagian, bisa juga seluruh aset dan operasionalnya.
  • Tujuannya? Banyak: memperluas pasar, dapetin teknologi baru, nambah profit, atau bahkan matiin pesaing secara halus.

Gampangnya: perusahaan A beli perusahaan B buat gabungin kekuatan atau ngembangin bisnisnya.

Dan jangan salah, akuisisi ini bukan berarti perusahaan yang diakuisisi jelek. Kadang justru jadi batu loncatan buat tumbuh lebih besar—asal tahu caranya.


🔍 Akuisisi vs Merger: Jangan Sampai Ketuker

Sering banget dua istilah ini dianggap sama, padahal beda lho.

Perbandingan Akuisisi Merger
Proses Pengambilalihan satu pihak Penggabungan dua pihak menjadi entitas baru
Kendali Satu perusahaan tetap dominan Kedua perusahaan setara
Nama Perusahaan Bisa tetap pakai nama lama atau diganti Biasanya bikin nama baru bersama
Contoh Facebook beli Instagram (akuisisi) Gojek dan Tokopedia (merger → GoTo)

Transisinya:
Jadi, kalau kamu lihat dua bisnis gabung tapi satu tetap pegang kendali penuh—itu akuisisi, bukan merger.


💡 Kenapa Perusahaan Melakukan Akuisisi?

Nah ini dia bagian yang sering bikin penasaran. Kenapa sih sebuah perusahaan harus repot-repot beli perusahaan lain?

Beberapa alasan umum:

  • Mau masuk pasar baru dengan cara cepat tanpa harus bangun dari nol.
  • Mengakses teknologi atau produk inovatif yang dimiliki perusahaan target.
  • Menghilangkan pesaing langsung dari pasar.
  • Skalabilitas: nambah kapasitas produksi, tim, atau jaringan distribusi.
  • Akses ke sumber daya: mulai dari SDM, database pelanggan, hingga paten.

Intinya, akuisisi sering jadi jalan pintas untuk naik kelas lebih cepat di medan bisnis yang kompetitif.


🤔 Apakah Akuisisi Sama dengan Menanam Saham?

Pertanyaan ini sering muncul dan wajar banget—karena sekilas memang mirip: dua-duanya melibatkan uang dan kepemilikan. Tapi sebenarnya, akuisisi dan investasi saham itu beda kelas, beda skala, beda niat.

Bedanya di Tujuan, Kontrol, dan Skala:

Aspek Akuisisi Menanam Saham
Tujuan Mengambil alih kepemilikan (sebagian atau penuh) Berinvestasi untuk dapat return
Kontrol Bisnis Biasanya ikut mengatur arah bisnis Tidak punya kontrol langsung
Skala Besar (beli bisnis secara utuh atau mayoritas) Kecil (beli sebagian kecil saham)
Keterlibatan Aktif – bisa masuk manajemen Pasif – hanya sebagai investor
Risiko & Tanggung Jawab Tinggi, karena ikut urus bisnis Terbatas, tergantung kinerja pasar

Transisinya: Jadi kalau kamu cuma beli saham perusahaan di pasar modal, kamu nggak otomatis punya kendali atas operasionalnya. Tapi kalau kamu akuisisi, kamu bisa ubah sistem, branding, sampai pecat CEO-nya—karena kamu pemilik baru.


Contoh Nyata:

  • Akuisisi: Tokopedia diambil alih dan digabung dengan Gojek → jadi GoTo.
  • Menanam Saham: Kamu beli saham GoTo via aplikasi investasi → kamu jadi pemilik kecil (tanpa suara).

Kapan Akuisisi Lebih Cocok?

  • Saat kamu ingin langsung punya kendali penuh atas bisnis.
  • Ketika kamu ingin gabungkan bisnis itu ke sistem milikmu.
  • Kalau kamu melihat nilai jangka panjang yang bisa kamu kembangkan lebih besar dari yang pemilik lama lakukan.

Menanam saham cocok buat yang ingin investasi tanpa ribet urusan operasional. Tapi kalau kamu pengusaha yang mau ambil alih dan grow bisnis dari dalam, akuisisi adalah jalannya.


🔁 Proses Umum Akuisisi (Nggak Sesimpel Transfer Duit)

Biar kamu makin kebayang, ini gambaran umum proses akuisisi:

  1. Identifikasi target – Cari perusahaan yang punya value atau aset strategis.
  2. Analisis dan due diligence – Cek keuangan, legalitas, budaya perusahaan, dsb.
  3. Negosiasi harga dan struktur kesepakatan – Ini fase yang bisa panjang.
  4. Persetujuan legal & otoritas – Di Indonesia bisa melibatkan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).
  5. Integrasi operasional – Penyesuaian sistem, SDM, hingga branding pasca akuisisi.

Jangan bayangkan proses ini kayak belanja online—lebih mirip nikah, banyak yang harus disatukan dan disepakati.


✅ Cara Melakukan Proses Akuisisi yang Aman dan Sehat

Setelah tahu alur umum akuisisi, sekarang masuk ke hal yang lebih penting: gimana caranya biar proses akuisisi nggak jadi jebakan batman?

Karena kenyataannya, banyak akuisisi gagal bukan karena idenya buruk—tapi karena eksekusinya sembrono.

Berikut ini beberapa langkah penting biar proses akuisisi kamu aman dan menguntungkan:

🔗 Baca Juga: Wirausaha Itu Apa, Sih? Panduan Buat Kamu yang Mau Jadi Bos Sendiri

1. Lakukan Due Diligence Mendalam

  • Cek semua aspek: legalitas, keuangan, SDM, kontrak, utang, dan potensi sengketa.
  • Jangan cuma lihat omset, tapi juga liat struktur biaya dan keberlanjutan bisnisnya.

2. Gunakan Jasa Konsultan atau Pengacara Bisnis

  • Khususnya kalau ini akuisisi pertama kamu.
  • Mereka bisa bantu kamu menghindari klausul merugikan dan jelaskan istilah hukum yang njelimet.

3. Nilai dengan Fair Valuation

  • Gunakan pendekatan valuasi yang masuk akal (misal: DCF, EBIT multiplier, dsb).
  • Jangan gampang tergiur harga murah—murah belum tentu untung kalau isinya boncos.

4. Buat Kesepakatan Tertulis yang Jelas

  • Termasuk masa transisi, hak dan kewajiban pemilik lama, kepemilikan aset, SDM, dan target operasional.

5. Pertimbangkan Kultur dan Tim

  • Cocok nggaknya gaya kerja dan nilai-nilai antar dua tim bisa jadi penentu suksesnya integrasi.
  • Kalau perlu, buat sesi onboarding atau integrasi budaya kerja.

6. Lakukan Tahap Integrasi Bertahap

  • Jangan langsung rombak semuanya. Amati dulu ritmenya, pelan-pelan adaptasi.
  • Komunikasikan ke pelanggan dan tim internal agar mereka nggak kaget.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kamu bukan cuma melakukan akuisisi—tapi membangun fondasi yang kuat buat tumbuh bareng. Ingat, akuisisi bukan sekadar transaksi, tapi strategi jangka panjang.


💼 Tips Buat Pemilik Usaha yang Mau Mengakuisisi Bisnis Lain

Kamu udah punya usaha sendiri dan kepikiran buat beli bisnis lain? Great move—kalau strateginya tepat. Tapi ingat, jadi pihak yang mengakuisisi bukan berarti bebas risiko. Justru kamu yang harus lebih jeli dan siap secara keuangan, operasional, dan mental.

Sebelum keluarin dana dan tanda tangan perjanjian, pastikan kamu udah cek semua aspek penting ini.

🔗 Baca Juga: UMKM Itu Apa Sih? Ini Panduan Lengkap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia

1. Pastikan Cash Flow Usahamu Sendiri Aman

  • Jangan pakai dana yang seharusnya buat operasional utama.
  • Idealnya, gunakan dana ekspansi atau pinjaman bisnis yang terukur risikonya.

2. Cek Utang Piutang Bisnis Target

  • Jangan cuma tanya omzet, tapi gali info soal utang supplier, pinjaman, atau tunggakan pajak.
  • Kalau perlu, minta laporan keuangan 2–3 tahun terakhir dan bukti transaksi utama.

3. Analisis Value vs Harga

  • Apakah harga jual sesuai dengan nilai realistik bisnis?
  • Kalau valuasinya terlalu tinggi tapi asetnya biasa aja—mungkin kamu cuma beli “cerita”, bukan bisnis beneran.

4. Lihat Tim dan Operasionalnya

  • Apakah kamu akan mewarisi karyawan dan SOP mereka?
  • Apa timnya bisa kamu ajak adaptasi ke gaya bisnismu?

5. Cek Aset dan Legalitasnya

  • Pastikan aset seperti mesin, properti, atau lisensi benar-benar milik mereka dan bebas sengketa.
  • Kalau bisnis digital, pastikan kamu dapat akses penuh ke domain, akun marketplace, database pelanggan, dll.

6. Cari Tahu Kenapa Mereka Jual

  • Bisa karena capek, gagal bersaing, atau ada masalah internal.
  • Semakin kamu tahu alasannya, semakin siap kamu ambil alih dan atasi tantangan yang ditinggalkan.

7. Buat Rencana Integrasi Setelah Diambil Alih

  • Gimana cara kamu menyatukan bisnis mereka ke sistem kamu?
  • Apa branding tetap, berubah, atau digabung?
  • Komunikasi ini juga penting buat pelanggan mereka yang lama.

Kalau semua hal di atas udah kamu checklist dan sesuai arah bisnismu, akuisisi bisa jadi jalan pintas yang keren buat naik level. Tapi kalau masih ragu, jangan buru-buru—lebih baik lambat tapi aman, daripada cepat tapi tumbang.


🔄 Status Pemilik Lama dan Baru Setelah Akuisisi

Nah, ini salah satu pertanyaan yang paling bikin galau saat ngomongin akuisisi: gimana nasib pemilik lama setelah bisnisnya diambil alih?

Jawabannya: Tergantung pada jenis dan kesepakatan akuisisinya.

Berikut beberapa skenario umum:

  • Akuisisi penuh (100%)
    Pemilik lama biasanya keluar dari perusahaan sepenuhnya. Bisa langsung hengkang atau diberi masa transisi tertentu. Sebagai gantinya, mereka menerima uang atau saham dari perusahaan pembeli.

    Contoh: Startup yang diakuisisi besar-besaran oleh korporasi biasanya foundernya langsung exit.

  • Akuisisi dengan retaining role (tetap stay)
    Kadang pemilik lama diminta tetap memimpin operasional—minimal sampai integrasi selesai. Ini umum terjadi kalau pembeli butuh pengalaman atau keahlian tim lama.

    Misalnya: Founder startup tetap jadi CEO selama 1–2 tahun setelah akuisisi.

  • Akuisisi sebagian (minoritas/kemitraan)
    Dalam beberapa kasus, pemilik lama masih punya saham dan ikut ambil keputusan. Ini sering terjadi pada akuisisi strategis antar UKM atau kemitraan B2B.

    Cocok untuk skema scale-up sambil belajar dari pemilik baru.

  • Pemilik baru 100% pegang kendali
    Setelah akuisisi, semua keputusan strategis, branding, hingga SDM ada di tangan pemilik baru.

    Ini umumnya terjadi pada akuisisi B2C yang memang bertujuan mengganti arah bisnis sepenuhnya.


🔗 Baca Juga: UKM Itu Apa Sih? Kupas Tuntas Usaha Kecil Menengah dari Akar Sampai Arah

🧠 Studi Kasus Akuisisi Terkenal

Supaya nggak terlalu teoretis, yuk lihat contoh yang pernah rame di media:

1. Facebook Akuisisi Instagram (2012)

  • Nilai: $1 Miliar
  • Tujuan: Amankan posisi Facebook di ranah visual dan anak muda
  • Hasil: Instagram sekarang jadi senjata utama Meta

2. Shopee Akuisisi Tokopedia? (Rumor dan realita)

  • Sempat jadi isu panas, tapi yang valid adalah GoJek merger dengan Tokopedia jadi GoTo. Ini gabungan kuat teknologi, pembayaran, dan e-commerce.

3. Akuisisi Startup Lokal oleh Korporasi

  • Banyak startup teknologi Indonesia yang sudah diam-diam dibeli oleh grup besar—buat nambahin lini produk digital atau teknologi internal.

Transisinya: Dari kasus di atas, kita belajar bahwa akuisisi bisa jadi strategi bertahan maupun berkembang.


📉 Risiko dan Tantangan Akuisisi

Tapi bukan berarti akuisisi selalu mulus. Banyak juga yang gagal atau malah jadi beban.

Risiko yang sering terjadi:

  • Salah valuasi – harga terlalu tinggi, tapi value-nya nggak sebanding.
  • Beda budaya perusahaan – bikin konflik internal.
  • Overestimasi sinergi – perkiraan untung gabungan ternyata nggak kejadian.
  • Penolakan dari pasar/pelanggan – terutama kalau nama atau layanan berubah drastis.

Transisinya: Jadi meski kelihatan keren, akuisisi tetap butuh perhitungan yang matang dan strategi integrasi yang solid.


🤔 Bisa Nggak sih UKM atau Startup Lakukan Akuisisi?

Jawabannya: BISA BANGET, asal strateginya realistis.

Cara UKM bisa melakukan akuisisi:

  • Akuisisi bisnis kecil yang sejenis di wilayah lain.
  • Beli merek lokal yang udah punya pelanggan tetap.
  • Akuisisi toko online yang stagnan tapi punya database bagus.

Contoh:

Warung kopi rumahan di Jogja mengakuisisi kios kopi kecil di Solo buat buka cabang kedua dengan branding yang sama.

Transisinya: Jadi akuisisi bukan cuma buat konglomerat. Pelaku UKM juga bisa asal tahu timing, harga, dan arah bisnisnya.


✍️ Kesimpulan: Akuisisi = Strategi Tumbuh, Bukan Gaya-Gayaan

Buat pelaku bisnis zaman sekarang, akuisisi itu bukan hal asing. Ini adalah alat untuk bertumbuh lebih cepat—baik dari segi pasar, teknologi, ataupun tim. Tapi tetap harus hati-hati: tanpa strategi yang tepat, akuisisi bisa jadi bumerang.

Jadi, sebelum memikirkan ekspansi lewat akuisisi, pastikan kamu:

  • Paham kenapa kamu mau melakukannya
  • Tahu apa yang kamu cari dari perusahaan target
  • Siap dengan integrasi pasca-akuisisi

Kalau tiga hal itu sudah oke, kamu bisa masuk ke liga yang lebih besar—tanpa harus mulai dari nol lagi.

Apa itu akuisisi dalam dunia bisnis?
Akuisisi adalah proses pengambilalihan sebagian atau seluruh kepemilikan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain. Biasanya dilakukan untuk memperkuat posisi bisnis, memperluas pasar, atau mendapatkan aset strategis seperti teknologi, SDM, atau pelanggan.

Apa bedanya akuisisi dan merger?
Meskipun sering disamakan, akuisisi biasanya melibatkan satu pihak yang dominan dan mengambil alih pihak lain, sedangkan merger adalah penggabungan dua perusahaan secara setara yang membentuk entitas baru bersama.

Kenapa perusahaan memilih strategi akuisisi?
Perusahaan memilih akuisisi karena ingin tumbuh lebih cepat, masuk ke pasar baru tanpa memulai dari nol, menghilangkan pesaing, atau mendapatkan teknologi dan sumber daya tambahan yang memperkuat bisnisnya.

Apakah UKM bisa melakukan akuisisi?
Bisa banget! Meskipun skalanya lebih kecil, UKM bisa mengakuisisi bisnis serupa di wilayah lain, toko online yang sudah punya database pelanggan, atau bahkan brand lokal yang ingin dikembangkan lebih lanjut.

Apa risiko utama dari akuisisi?
Risikonya antara lain salah valuasi (beli terlalu mahal), konflik budaya organisasi, kegagalan integrasi operasional, dan reaksi negatif dari pelanggan jika terjadi perubahan besar dalam layanan atau brand.

Drajad DK - Penulis Bisniz.id
✍️ Drajad DK
Penulis sekaligus pelaku usaha mandiri di industri kreatif sejak 2013, dengan pengalaman di bidang konveksi, digital printing, franchise kuliner, serta strategi pemasaran berbasis SEO dan SEM.
🔗 Lihat Profil Lengkap