Home » Panduan Bisnis Franchise: Hindari Jebakan, Pilih yang Tepat, dan Raih Untung

Panduan Bisnis Franchise: Hindari Jebakan, Pilih yang Tepat, dan Raih Untung

Apa pun jenis bisnis franchise yang kamu ikuti—mau itu makanan kekinian, minuman hits, atau laundry kilat—kalau bisnis utamanya mati, kamu ikut mati.

Iya, sesimpel itu. Franchise itu ibarat kamu naik kapal yang sudah ada kaptennya. Kamu tinggal ikut arah, nggak perlu bikin kompas sendiri. Tapi, begitu kaptennya salah arah atau kapalnya bocor, kamu pun tenggelam bareng.

Banyak orang masuk franchise karena kelihatan gampang dan udah punya nama besar. Tapi nama besar itu bukan jaminan, apalagi kalau kamu cuma ikut tanpa ngerti arah bisnisnya. Nama besar bisa bikin awalnya rame, tapi tanpa strategi, modal kamu bisa habis buat nutup operasional.

Makanya, sebelum kamu buru-buru setor modal dan buka outlet, penting banget buat paham dulu: franchise bukan jaminan untung, tapi peluang usaha yang harus kamu kelola dengan cerdas.

Di artikel ini, kita bakal kupas tuntas soal:

  • Gimana cara kerja bisnis franchise

  • Apa kelebihan dan jebakan umumnya

  • Tips biar kamu nggak jadi korban ‘franchise asal laku’

Yuk, kita bedah satu per satu sebelum kamu buka usaha yang ternyata cuma ‘kelihatan ramai’ doang!


Daftar Isi:

🔄 Gimana Cara Kerja Bisnis Franchise?

Sebelum kamu tanda tangan kontrak atau setor DP franchise, penting buat ngerti dulu gimana sistemnya jalan. Banyak orang ngira franchise itu tinggal bayar, terus cuan ngalir sendiri. Padahal, ada mekanisme yang perlu kamu pahami biar nggak salah langkah.

Intinya, franchise itu seperti kamu “nyewa” bisnis orang lain.

Bukan cuma nyewa nama, tapi juga sistem, SOP, dan model bisnisnya. Kamu sebagai mitra (franchisee) akan menjalankan cabang dari bisnis yang sudah ada dan diatur oleh pemilik utama (franchisor). Jadi kamu tetap harus aktif—nggak bisa lepas tangan kayak investasi saham.

Secara garis besar, cara kerja franchise melibatkan:

  • Pembayaran biaya awal (initial fee)
    Ini adalah biaya yang kamu bayarkan di awal sebagai syarat bergabung. Besarannya tergantung seberapa kuat brand dan seberapa lengkap fasilitas yang disiapkan.

  • Penggunaan merek dan sistem bisnis
    Setelah bayar, kamu berhak pakai nama brand-nya, logo, resep, SOP, sistem pelatihan, hingga aplikasi atau software mereka (kalau ada).

  • Bagi hasil atau royalti bulanan
    Beberapa franchise menerapkan sistem royalti dari omzet yang kamu dapat. Biasanya dihitung dalam persen (misalnya 5–10% per bulan dari pendapatan kotor).

  • Kewajiban promosi dan beli bahan baku dari pusat
    Kamu wajib beli bahan baku dari franchisor, atau distributor resmi yang mereka tunjuk. Ini buat menjaga kualitas dan konsistensi produk.

  • Durasi kontrak dan evaluasi berkala
    Setiap franchise punya jangka waktu kontrak, bisa 3 tahun, 5 tahun, atau lebih. Ada evaluasi rutin buat cek performa outlet kamu.


Cara kerja ini terdengar simpel di atas kertas, tapi praktiknya tetap butuh pengelolaan serius. Kamu memang nggak mulai dari nol, tapi tetap harus belajar ngatur SDM, keuangan, dan strategi pemasaran lokal. Franchise adalah sistem bantu jalan, bukan autopilot sukses.


🧩 Jenis-Jenis Franchise: Nggak Semua Harus Ikut Paket Komplit

Setiap franchise punya sistemnya masing-masing. Ada yang tinggal duduk manis karena semua udah di-handle, ada juga yang kamu harus turun langsung dari belanja bahan sampai mikirin promosi. Nah, sebelum kamu daftar, yuk kenali dulu jenis-jenis franchise berdasarkan sistem pengelolaannya:

1. Franchise Full Management (All-in dari pusat)

Kalau kamu pengen buka usaha tapi nggak mau ribet ngurus operasional, ini pilihan paling praktis.

  • Semua urusan operasional ditangani oleh franchisor: rekrut karyawan, training, manajemen stok, bahkan laporan keuangan.
  • Kamu cukup sediakan tempat dan modal, lalu terima laporan dan hasil.
  • Cocok buat investor pasif, tapi biasanya biayanya jauh lebih mahal dan profit kamu nggak maksimal.

💡 Contoh: hotel budget berjejaring, restoran besar, atau laundry premium


2. Franchise Mandiri dengan Pembelian Bahan dari Pusat

Kamu pegang kendali operasional, tapi tetap beli bahan atau perlengkapan dari pusat.

  • Cocok buat kamu yang pengen tetap ikut ngatur usaha tapi tetap dalam “jalur resmi” sistem franchise.
  • Branding, SOP, dan pelatihan biasanya tetap disediakan, tapi eksekusi sehari-hari kamu yang urus.
  • Keuntungan bisa lebih besar, tapi risikonya juga lebih tinggi karena semua di tanganmu.

💡 Contoh: minuman kekinian, ayam goreng crispy, es teh franchise


3. Franchise Sistem Lisensi (Mirip Franchise, Tapi Lebih Longgar)

Kadang disebut “kemitraan” atau “kerja sama brand”.

  • Kamu beli hak pakai merek atau sistem, tapi punya kebebasan lebih luas dalam operasional.
  • Nggak selalu wajib beli bahan dari pusat, kadang hanya perlengkapan awal saja.
  • Hati-hati, model ini bisa abu-abu secara legal, jadi pastikan ada kontrak tertulis dan izin yang jelas.

💡 Contoh: beberapa booth makanan, produk retail rumahan, kosmetik lokal


4. Franchise Fee Only (Bayar untuk Nama, Semua Bebas)

Model ini biasanya lebih murah, karena kamu hanya beli “nama besar”-nya saja.

  • Tanpa dukungan bahan, SOP lengkap, atau sistem pelatihan intensif.
  • Branding tetap kamu bawa, tapi kamu harus bangun sistem operasional sendiri.
  • Cocok buat yang sudah jago dagang tapi pengen naik kelas bawa nama besar.

💡 Contoh: clothing line, salon brand, atau waralaba digital


5. Franchise Hybrid (Gabungan Sistem Fleksibel)

Beberapa brand kini bikin sistem semi-franchise: ada SOP dasar, ada bahan dari pusat, tapi tetap fleksibel.

  • Kamu bisa atur promosi sendiri, bahkan kadang bisa modifikasi menu asal izin dulu.
  • Lebih cocok buat daerah dengan karakter pasar unik.

💡 Contoh: franchise lokal yang lagi berkembang dan ingin adaptif di tiap kota


Jenis franchise ini penting banget untuk dipahami dari awal. Jangan asal ambil karena lihat “cabangnya udah banyak”, tapi sesuaikan dengan gaya kamu dalam berbisnis. Kamu mau yang diatur semuanya? Atau kamu lebih suka tangan langsung nyemplung?

Jenis Franchise Ciri Utama Cocok Untuk Catatan
Full Management Semua diurus pusat (SDM, stok, keuangan) Investor pasif Modal besar, profit dibagi
Mandiri + Bahan dari Pusat Operasional kamu urus, bahan tetap beli dari pusat Pemula aktif Kontrol tinggi, risiko juga tinggi
Sistem Lisensi / Kemitraan Bebas operasional, beli hak merek saja Pengusaha mandiri Waspadai legalitas abu-abu
Fee Only (nama saja) Beli nama, sistem urus sendiri Pebisnis berpengalaman Branding doang, tanpa SOP
Hybrid Semi-franchise, fleksibel dalam promosi/menu Pasar lokal unik Cocok untuk area dengan adaptasi tinggi

⚖️ Keuntungan & Jebakan Umum dalam Bisnis Franchise

Franchise itu ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi bisa bantu kamu mulai usaha lebih cepat, tapi di sisi lain bisa juga bikin kamu terjebak sistem yang kaku atau brand yang mulai menurun. Yuk kita bahas dengan jujur: apa saja plus-minusnya?

🔗 Baca Juga: Bisnis Aksesoris Jilbab: Fashionable, Praktis, dan Cuan Banget

✅ Keuntungan Ikut Franchise

Kalau dapat brand yang solid dan sistem yang rapi, franchise bisa jadi peluang emas. Ini dia beberapa kelebihannya:

  • Brand sudah dikenal
    Kamu nggak perlu mulai dari nol buat bangun kepercayaan. Nama besar bisa bantu dapetin konsumen lebih cepat.

  • Sistem bisnis udah jadi
    SOP, resep, layout toko, bahkan promosi—semuanya biasanya sudah dirancang oleh pusat. Kamu tinggal ikut jalur.

  • Training dan pendampingan awal
    Banyak franchisor yang ngasih pelatihan sebelum outlet dibuka, bahkan ada yang dampingi selama beberapa bulan pertama.

  • Marketing nasional
    Brand besar biasanya rutin ngiklan di media sosial atau TV, dan kamu ikut kecipratan manfaatnya tanpa harus keluar biaya ekstra.


⚠️ Jebakan yang Sering Diabaikan

Tapi ingat, bukan berarti semuanya auto cuan. Beberapa jebakan ini sering bikin franchisee gagal:

  • Biaya awal tinggi & ada biaya rutin
    Banyak orang hanya lihat modal awal, padahal tiap bulan bisa ada potongan royalti atau biaya marketing pusat yang wajib dibayar.

  • Terikat aturan pusat
    Kamu nggak bebas ganti menu, nggak bisa naikin harga sesuka hati, bahkan diskon pun harus izin. Kalau pasarnya beda, kamu bisa susah adaptasi.

  • Risiko reputasi ikut terbawa
    Kalau ada satu cabang yang viral karena kasus negatif, cabang kamu bisa kena imbas juga meskipun kamu nggak salah apa-apa.

  • Balik modal bisa lama
    Walau sistemnya stabil, biaya operasional + royalti + sewa bisa bikin kamu butuh waktu lebih panjang buat balik modal.


🎯 Cara Memilih Bisnis Franchise yang Aman dan Nggak Bikin Kamu Ikut Tenggelam

Ingat paragraf pembuka tadi? Kalau bisnis utamanya mati, kamu ikut mati. Nah, cara biar kamu nggak ketarik tenggelam bareng adalah pastikan kamu naik kapal yang udah terbukti kuat dan nggak baru dites di kolam renang.

Sebelum mikirin hasil, pastikan dulu kamu nggak jadi mitra eksperimen.

Jangan pernah ambil franchise yang kamu jadi mitra pertama. Atau bahkan yang mitranya baru segelintir. Apalagi kalau sistemnya belum teruji di lapangan yang berbeda-beda. Franchise yang masih dalam tahap coba-coba justru bikin kamu jadi “tester berbayar”.

Skala Menengah? Minimal 50+ Mitra Aktif

Kalau kamu mau main di franchise skala menengah, kayak minuman kekinian, ayam goreng tepung, atau laundry express, usahakan pilih yang:

  • Sudah punya minimal 50 outlet aktif,

  • Berjalan di berbagai kota (bukan cuma satu-dua wilayah),

  • Dan punya sistem yang udah diuji sama berbagai tipe konsumen dan pasar.

Semakin banyak mitra yang udah jalan lancar, makin kecil kemungkinan kamu jadi korban sistem yang belum matang.


Skala Nasional? Lihat Daya Ledak dan Dominasi Pasarnya

Kalau kamu ngincer franchise besar seperti Mie Gacoan, Es Teh Indonesia, atau Kopi Janji Jiwa, ukuran 50 mitra udah bukan patokan lagi.

Untuk franchise skala nasional:

  • Minimal punya ratusan cabang aktif (100+ lebih ideal),

  • Brand awareness tinggi secara nasional, bahkan dikenal di media sosial tanpa perlu dijelaskan,

  • Punya infrastruktur pusat yang kuat, termasuk distribusi bahan baku lintas kota, sistem training berjenjang, dan marketing nasional.

💡 Contoh: Mie Gacoan nggak punya sistem franchise terbuka, tapi kalau misalnya mereka buka, pasti langsung diserbu karena brand dan sistemnya udah terbukti secara masif.

Skala Franchise Jumlah Mitra Ideal Catatan Keamanan
Mikro / Rintisan < 10 mitra Risiko tinggi, belum terbukti
Menengah ≥ 50 mitra aktif Sudah teruji secara sistem
Nasional ≥ 100–200 mitra aktif Butuh support logistik & pusat yang kuat

Sesuaikan dengan Skala dan Resiko

  • Kalau kamu masih baru, pilih franchise yang udah jalan minimal 50 outlet di berbagai kota (skala menengah).

  • Kalau mau ikut brand nasional, pastikan kamu ikut gelombang besar yang sudah terbukti sukses, bukan masuk pas baru launching di 1–2 kota.

  • Dan kalau franchisenya masih di bawah 10 outlet? Sebaiknya kamu observasi dulu, jangan langsung ikut.


🔗 Baca Juga: Panduan Lengkap Bisnis PPOB: Cara Kerja, Keuntungan, dan Strategi Sukses dari Nol

💸 Sesuaikan dengan Anggaran, Bukan Cuma Impian

Pilih franchise yang sesuai dengan kondisi dompet kamu sekarang, bukan yang kamu bayangkan di masa depan. Banyak calon franchisee kejebak gengsi—milih brand besar tapi maksa modal, akhirnya cash flow langsung megap-megap dari bulan pertama.

Cek bukan cuma biaya awal, tapi juga:

  • Biaya operasional bulanan (gaji, sewa, bahan baku)

  • Fee royalti dan marketing (rutin atau persenan)

  • Sisa dana darurat minimal 3–6 bulan ke depan
    Karena bisnis itu bukan sprint, tapi maraton. Jangan habis di awal.


🧾 Minta Cashflow dan Data Real Mitra Lain (Kalau Berani)

Sebelum deal, kamu punya hak untuk nanya data ke pusat. Nggak usah sungkan minta:

  • Simulasi cashflow outlet yang aktif

  • Estimasi pengeluaran dan pemasukan per bulan

  • Data mitra lain: BEP-nya berapa lama, masih aktif atau udah tutup

Kalau mereka bilang semua mitra untung, tapi nggak bisa kasih satu pun data cashflow? Nah, itu udah lampu merah pertama.

Bahkan kalau ada mitra yang belum balik modal juga nggak masalah—asal jujur. Yang bahaya itu kalau jawabannya cuma promosi doang.


🤝 Pelajari Sistem Bagi Hasil & Ketentuan Royalti

Setiap franchise punya model sendiri, jadi kamu wajib tahu:

  • Apakah ada fee royalti tetap (misalnya Rp2 juta/bulan)?

  • Atau royalti berdasarkan omzet (misalnya 10% dari pendapatan)?

  • Siapa yang tanggung biaya iklan pusat?

  • Kalau rugi, tetap bayar fee atau tidak?

Transparansi di sini penting karena akan ngaruh ke margin kamu setiap bulan. Jangan sampai baru satu bulan buka, udah bingung kenapa hasil penjualannya ‘nggak bersisa’.


📑 Intinya? Perjanjian Tertulis Lebih Penting dari Janji Manis

Apapun yang dijanjikan sales atau franchisor saat presentasi—minta semua itu tertulis di kontrak. Mulai dari:

  • Durasi kerja sama

  • Hak dan kewajiban kedua belah pihak

  • Sanksi jika salah satu pihak ingkar

  • Exit plan kalau kamu mau tutup di tengah jalan

Jangan buru-buru tanda tangan cuma karena takut “slot mitra tinggal 3 lagi, buruan DP!”—kalau bisnisnya beneran bagus, harusnya mereka nggak kejar-kejar kamu.


🚫 Jangan Terjebak Kemitraan Bodong

Sekarang ini, banyak banget bisnis yang ngaku franchise atau kemitraan, tapi ternyata cuma jualan janji. Mereka pasang brosur bombastis: “Balik modal 3 bulan!”, “Untung 100%!”, atau “Cuma setor modal, langsung cuan!”—padahal aslinya belum punya sistem yang layak.

Ini tanda-tanda kamu harus curiga:

  • Nggak jelas siapa pemilik brand-nya
    Cuma ada akun Instagram & nomor WA. Nggak ada alamat kantor resmi, nggak bisa ditemui langsung.

  • Tidak ada legalitas waralaba
    Franchise resmi di Indonesia harus punya STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba). Kalau mereka ngeles, atau bahkan nggak tahu apa itu STPW—langsung skip.

  • Nggak bisa kasih data mitra yang udah jalan
    Mereka janji udah banyak cabang, tapi nggak bisa kasih kontak mitra lain untuk crosscheck. Bahkan foto outlet-nya pun hasil editan.

  • Pakai FOMO dan tekanan waktu berlebihan
    “Slot mitra tinggal 2 lagi kak!”, “Harga promo tinggal hari ini!”—padahal mereka broadcast ke ratusan orang. Kalau niat jual sistem, bukan sistem tipu-tipu, harusnya mereka nggak buru-buru nge-push calon mitra.


Tips biar kamu nggak kejebak:

  • Selalu minta dokumen legal dan izin usaha

  • Cek review online dan testimoni mitra lama

  • Datang langsung ke outlet aktif dan ngobrol sama owner-nya

  • Jangan transfer uang sebelum ketemu tatap muka & lihat proposal bisnis lengkap

Franchise itu harus transparan. Kalau masih banyak yang ditutup-tutupi, bisa jadi yang mereka jual bukan sistem, tapi mimpi palsu.


🍟 Franchise Populer: Pilih Sesuai Selera dan Skala

Setiap orang punya selera dan kondisi keuangan yang beda-beda. Ada yang pengen mulai dari booth kecil, ada juga yang siap buka outlet besar di pinggir jalan utama.

Nah, daripada kamu bingung pilih merek mana, mending kita bahas kategori franchise yang lagi banyak dicari, lengkap dengan siapa yang cocok, estimasi modal, dan hal penting yang perlu diperhatikan.


🔗 Baca Juga: Cara Cerdas Bikin Usaha Daster Naik Kelas dari Rumahan ke Profesional

🧋 1. Franchise Minuman Kekinian (Modal Mini, Risiko Terkendali)

Minuman seperti teh, kopi susu, atau boba masih jadi primadona buat pemula.

  • Modal mulai dari: Rp10–30 juta
  • Cocok untuk: Pelajar, mahasiswa, atau karyawan yang mau bisnis sampingan
  • Kelebihan: Booth kecil, cepat balik modal kalau traffic-nya bagus
  • Catatan penting: Pilih yang sudah punya 50+ mitra, bahan baku dikirim pusat, dan ada dukungan promosi aktif (IG, TikTok)

🍗 2. Franchise Makanan Cepat Saji (Skala Menengah)

Ayam krispi, dimsum, burger lokal—selalu ada pasarnya, apalagi kalau harganya ramah kantong.

  • Modal mulai dari: Rp30–100 juta
  • Cocok untuk: Karyawan resign, pasangan muda, atau pemula serius
  • Kelebihan: Konsumen luas, repeat order tinggi
  • Catatan penting: Cek kualitas bahan baku dan sistem training-nya, jangan ambil yang cuma kirim frozen food lalu kamu disuruh belajar sendiri

🧼 3. Franchise Laundry Koin atau Express

Bisnis yang makin relevan di kota besar dan daerah padat penduduk.

  • Modal mulai dari: Rp80–200 juta
  • Cocok untuk: Pemilik ruko, pengusaha rumahan, atau pensiunan
  • Kelebihan: Operasional simpel, income stabil
  • Catatan penting: Pastikan sistemnya full support, dari mesin, deterjen, sampai teknisi. Cek juga apakah mereka bantu maintenance atau enggak.

🍩 4. Franchise Camilan & Snack Ringan

Donat, keripik, pisang coklat, atau jajanan kekinian lainnya yang bisa dikemas dan dijual offline–online.

  • Modal mulai dari: Rp15–40 juta
  • Cocok untuk: Ibu rumah tangga, penjual rumahan, atau pelaku UMKM yang ingin naik level
  • Kelebihan: Bisa dijual fleksibel di warung, online shop, atau bazar
  • Catatan penting: Pilih yang sudah punya SOP pengemasan dan strategi branding, jangan yang cuma ngasih produk polos tanpa arah

🧠 Tips Akhir: Pilih Sesuai Gaya & Keahlianmu

Jangan cuma lihat “mana yang lagi viral”, tapi juga pikirin: “Aku cocoknya ngurus bisnis model yang seperti apa?”

Kalau kamu nggak suka interaksi langsung, hindari franchise yang butuh banyak komunikasi sama pembeli. Kalau kamu jago digital, pilih yang support penjualan online. Dan yang paling penting—pilih yang kamu ngerti alurnya, bukan cuma ikut-ikutan.


⚠️ Risiko & Cara Aman Menjalankan Franchise

Walau franchise terlihat lebih siap jalan dibanding bikin usaha dari nol, tetap aja ada risiko yang perlu kamu pahami. Dengan tahu risiko dari awal, kamu bisa ambil langkah pencegahan biar nggak nyesel di tengah jalan.

🔥 Risiko yang Sering Dialami Mitra Franchise:

  • Omzet tidak sesuai ekspektasi
    Brosur bilang omzet Rp20 juta/bulan, kenyataannya sepi karena lokasi atau promosi kurang optimal.
  • Terlalu bergantung pada brand pusat
    Kalau pusat berhenti promosi atau kualitas produknya turun, mitra bisa kena imbas langsung.
  • Kebijakan pusat bisa berubah sepihak
    Tiba-tiba harga bahan naik, sistem bagi hasil berubah, atau bahkan tutup tanpa solusi.
  • Kesulitan operasional harian
    Karyawan nggak cocok, stok telat, atau sistem kasir error—semua ini tetap jadi tanggung jawab kamu sebagai mitra.

✅ Cara Aman Menjalankan Franchise:

  • Pilih lokasi yang potensial & sesuai target market
    Jangan asal pasang booth di depan rumah, pelajari dulu demografi dan traffic-nya.
  • Ikuti SOP pusat, tapi jangan pasif
    Gunakan sistem mereka, tapi kamu tetap perlu aktif mikir strategi pemasaran lokal.
  • Bangun hubungan baik dengan sesama mitra
    Gabung grup WA mitra, sharing info, dan belajar dari pengalaman mereka.
  • Pisahkan keuangan pribadi dan usaha
    Bikin pembukuan sederhana dari hari pertama. Jangan sampai untung Rp5 juta tapi nggak tahu ke mana perginya.
  • Siapkan rencana darurat
    Minimal punya dana cadangan untuk 3 bulan operasional jika ada kendala penjualan di awal.
Risiko Umum Solusi Aman
Omzet tidak sesuai Riset lokasi + cek data mitra lain
Ketergantungan brand pusat Bangun strategi lokal mandiri
Kebijakan sepihak Baca kontrak detail, minta pasal perlindungan
Operasional berat Siapkan SOP sendiri & dana cadangan

Ingat: Franchise bukan mesin ATM otomatis. Tapi kalau kamu pilih yang tepat, kelola dengan cerdas, dan nggak cuma duduk nunggu, hasilnya bisa stabil bahkan berkembang jadi bisnis jangka panjang.


🏁 Penutup: Franchise Itu Jalan Pintas, Tapi Tetap Harus Dipikir Matang

Bisnis franchise bisa jadi solusi buat kamu yang pengen langsung mulai usaha tanpa harus bikin semuanya dari nol. Tapi, bukan berarti semuanya auto lancar. Pilih yang sistemnya udah terbukti, punya mitra aktif puluhan bahkan ratusan, dan transparan soal data.

Ingat: jangan cuma beli nama, beli juga sistem dan pengalaman mereka.
Kalau kamu udah siap belajar, adaptif, dan rajin evaluasi, franchise bisa jadi batu loncatan buat kamu punya bisnis yang berkembang terus—nggak cuma ikut tren sesaat.

Franchise bisa jadi pilihan buat kamu yang nggak mau ribet bangun brand dari nol, tapi kalau kamu tertarik bikin usaha versi kamu sendiri, cek panduan ini 👉 Cara Memulai Usaha dari Nol.

Q: Franchise itu cocok untuk pemula banget yang belum pernah bisnis?
A: Cocok, asalkan kamu pilih franchise yang punya sistem mentoring, SOP lengkap, dan support aktif. Tapi tetap, kamu harus terlibat dan belajar. Jangan pasrah total ke pusat.

Q: Apa franchise pasti lebih aman dibanding bikin usaha sendiri?
A: Nggak selalu. Franchise emang lebih siap jalan, tapi kamu tetap harus cek rekam jejaknya. Kalau brand-nya lemah atau pusatnya nggak responsif, kamu bisa rugi juga.

Q: Boleh nggak ikut franchise yang masih baru tapi keliatannya potensial?
A: Boleh aja, tapi risiko kamu lebih tinggi. Jangan keluar semua modal di situ. Observasi dulu, dan pastikan mereka punya roadmap yang jelas dan legalitas lengkap.

Q: Kapan waktu ideal untuk balik modal (BEP)?
A: Tergantung bisnisnya. Franchise minuman biasanya 6–12 bulan. Makanan atau laundry bisa 12–24 bulan. Kalau belum ada mitra yang BEP, kamu wajib tanya: kenapa?

Q: Kalau bisnis pusatnya bangkrut, gimana nasib mitra?
A: Nah ini dia! Itulah kenapa kamu harus pastikan pusatnya kuat secara operasional dan legal. Kalau pusat tutup dan kamu terlalu bergantung, bisnis kamu ikut goyah.

Drajad DK - Penulis Bisniz.id
✍️ Drajad DK
Penulis sekaligus pelaku usaha mandiri di industri kreatif sejak 2013, dengan pengalaman di bidang konveksi, digital printing, franchise kuliner, serta strategi pemasaran berbasis SEO dan SEM.
🔗 Lihat Profil Lengkap