Home » Usaha Jajanan Anak Muda: Strategi Menangin Hati Gen Z Lewat Rasa, Cerita, dan Gaya

Usaha Jajanan Anak Muda: Strategi Menangin Hati Gen Z Lewat Rasa, Cerita, dan Gaya

🎯 Siapa Itu “Anak Muda” di Dunia Jajanan?

Kalau dibilang anak muda, kita ngomongin orang-orang usia 13 sampai 25 tahunan. Bisa pelajar, mahasiswa, sampai karyawan baru yang lagi seneng-senengnya eksplor rasa, nongkrong, dan posting makanan di story.

Mereka itu tipikal yang:

  • Suka jajan pas nongkrong atau scroll TikTok
  • Gampang penasaran sama hal baru, apalagi yang viral
  • Pilih makanan bukan cuma karena enak, tapi juga unik, lucu, dan bisa di-share
  • Nggak loyal sama satu brand, tapi bisa balik lagi kalau experience-nya asik

Jadi kalau kamu mau masuk ke pasar ini, jangan cuma mikirin rasa doang. Visual, vibe, sampai nama menu pun harus relate sama dunia mereka.


👀 Kebiasaan Anak Muda Saat Jajan

Yuk kita bahas kebiasaan dan pola pikir mereka saat beli jajanan. Karena di sinilah kuncinya kenapa mereka beli (atau nggak beli).

Kebiasaan Penjelasan
Lapar mata duluan Ngeliat dari visual di IG/TikTok sebelum mikir rasa
Nyari pengalaman Mau sensasi baru, topping unik, atau cara makan yang beda
Beli bareng temen Jarang jajan sendirian, jadi harus punya menu “buat rame-rame”
Suka story-able Harus ada alasan buat difoto atau masuk story, biar keren
Budget tipis tapi pengen gaya Harga terjangkau tetap jadi kunci, asal tampilannya mewah

🧠 Udah Tau Pasarnya, Tapi Jangan Kejebak Tren!

Kamu udah paham kebiasaan dan pola pikir anak muda saat jajan. Tapi… jangan buru-buru asal pilih produk cuma karena viral sesaat.

Ingat: yang viral bisa cepet naik, tapi juga bisa cepet tenggelam.

Makanya, penting banget kamu punya produk utama yang evergreen — alias tetap relevan dan disukai dalam jangka panjang, bukan cuma musiman.


🌟 Produk Utama Harus Evergreen

Produk utama itu ibarat fondasi usaha kamu. Harus kuat, tahan uji waktu, dan gampang diterima lintas tren.

Contohnya?

Produk Evergreen Kenapa Tahan Lama?
Donat mini isi meleleh Selalu disukai, bisa dikemas fun dan topping-nya bisa update
Dimsum goreng & kukus Cocok buat semua umur, tinggal tambahin saus trend
Roti panggang kekinian Bisa mix topping viral, tapi roti-nya tetap jadi basis
Sosis bakar jumbo Street food yang selalu rame, bisa branding ulang
Bakso tusuk Dari dulu laku, tinggal dikasih saus Korea, Jepang, atau keju

Produk utama ini bisa kamu poles sesuai trend. Tapi intinya tetap kuat.


🌊 Produk Turunan: Mainkan Trend, Tapi Gampang Ganti

Nah, biar tetep relate sama anak muda yang suka perubahan, kamu butuh produk turunan. Ini produk yang bisa:

  • Diganti rasanya tiap minggu
  • Ngikutin trend TikTok (misalnya: saus pedas gledek, bumbu mentai, marshmallow, dll)
  • Dijadikan menu edisi terbatas

Contoh strategi:

  • Produk utama: Dimsum isi ayam & keju
  • Produk turunan:
    • Dimsum saus samyang (minggu 1)
    • Dimsum bumbu rendang (minggu 2)
    • Dimsum kuah pedas tomyum (minggu 3)

Dengan cara ini, kamu nggak kehilangan arah brand, tapi tetap fleksibel dan bisa ikutin pasar.


🧩 Intinya: Kombinasi Stabil + Fleksibel = Cuan Panjang

Komponen Fungsi
Produk Utama Menjaga konsistensi, bikin repeat order
Produk Turunan Menarik perhatian baru, bikin konten viral, uji selera pasar
Branding Konsisten Menjaga identitas usaha, meski menunya sering berubah

Butuh referensi lengkap soal jenis-jenis jajanan yang populer dan udah terbukti diminati pasar?
Cek artikel lengkapnya di: Ide Jajanan Populer untuk Usaha — di situ kamu bisa temuin 25+ contoh jajanan dari yang klasik sampai kekinian, lengkap sama cara inovasinya.


🎨 Strategi Branding Jajanan Anak Muda: Biar Produkmu Gak Cuma Enak, Tapi Ngikutin Gaya Hidup!

Branding itu bukan sekadar logo atau nama. Buat anak muda, branding adalah identitas. Mereka akan terhubung sama produk yang kelihatan mewakili diri mereka.

“Gue beli ini, karena ini gue banget.”
Nah, bikin brand kamu bisa memicu perasaan itu!


🔗 Baca Juga: 7 Kelemahan Usaha Thai Tea: Ketika Tren Minuman Begitu Cepat

🔥 1. Nama Brand & Menu: Harus “Kena” di Hati & Lidah

Nama yang lucu, nyeleneh, atau relatable bakal lebih gampang diingat dan dishare.

Aspek Contoh
Nama Brand NyemilDulu, JajanRame, CemalCemil.ID, AnakLaper
Nama Menu Dimsum Geger Keju, Bakso Bucin Saus Korea, Roti Ngambek Coklat Lumer
Slogan “Jajanan yang Nggak Cuma Bikin Kenyang, Tapi Bikin Cerita”

Nama yang kreatif bisa jadi magnet konten dan bahan ketawa-ketiwi di medsos.


📱 2. Tampilan Visual: Bikin Mereka Mau Foto Sebelum Makan

Kalau nggak bisa difoto, anak muda bisa skip!

Checklist tampilan:

Elemen Tips Branding
Kemasan Pakai cup transparan, warna cerah, stiker custom, QR ke akun TikTok
Warna Brand Gunakan tone pastel, neon, atau kontras ceria (pink, mint, kuning, ungu)
Visual Booth Clean tapi ada spot lucu buat selfie – neon sign, background lucu, atau logo kartun

🕺 3. Media Sosial: Ngonten Jadi Kewajiban

Anak muda itu online terus. Jadi konten adalah alat promosi sekaligus koneksi.

Konten Harian Manfaat
Video proses pembuatan (slo-mo topping, kejunya meleleh, dll) Bikin ngiler, cocok buat reels & TikTok
Reaksi pembeli pertama kali coba Testimoni real-time, lucu & relatable
Challenge menu pedas atau unik Bisa viral bareng audiens
Polling rasa di story IG Libatkan followers, biar mereka ngerasa “ikut bikin produk”

Intinya: Jangan cuma jualan, tapi bangun komunitas kecil pecinta jajan kamu.


💬 4. Bahasa Brand: Santai, Dekat, Gaul Tapi Nggak Norak

Gaya bahasamu di medsos, packaging, sampai booth harus “anak muda banget”. Contoh:

“Silakan mencoba jajanan terbaru kami.”
“Cobain ini deh, bikin kamu pengin jajan tiap hari!”

Pakai kata-kata yang santai, spontan, relatable, bahkan sedikit humor:

  • “Jajan dulu biar gak overthinking.”
  • “Menu ini bikin kamu lupa mantan.”
  • “Ngemil estetik, rasa gak plastik!”

🤝 5. Kolaborasi & Influencer Mikro

Kamu gak harus endorse seleb. Cukup teman kuliah yang aktif TikTok, atau foodie lokal yang suka review jajan.

  • Ajak barter konten: makanan gratis, dapat exposure
  • Tantang mereka review menu terbatas
  • Buat campaign bareng (contoh: “Jajan Bareng Si X Challenge”)

✨ Bonus: Checklist Branding Jajanan Anak Muda

Elemen Sudah Siap?
Nama unik & catchy ✅
Visual kemasan menarik ✅
Booth ramah selfie ✅
Akun medsos aktif ✅
Bahasa komunikasi santai ✅
Kolaborasi kreator mini ✅
Menu utama + turunan fleksibel ✅

🔗 Baca Juga: 13+ Usaha Makanan yang Jarang Rugi dan Gampang Laku untuk Pemula

💡 Kenapa Anak Muda Bisa Jadi Pasar Paling Setia (Kalau Kamu Mainin Emosinya)

Kita masuk ke sisi emosional dan keterikatan. Karena buat anak muda, jajanan bukan cuma soal lapar, tapi juga soal perasaan.

🎯 Ini alasan mereka beli (dan balik lagi):

  • Laper karena mood jelek – pengin yang manis, creamy, comfort food

  • Pengen eksis di story – beli yang bentuknya lucu, bisa difoto

  • Ikut tren & fear of missing out (FOMO) – “semua orang udah cobain, masa gue belum?”

  • Butuh hiburan murah – Rp15.000 udah bisa bahagia & merasa “reward” di tengah hari capek

👉 Maka strategi kamu harus nyentuh sisi emosional ini. Misal:

  • Promo: “Diskon buat yang abis dimarahin dosen”

  • Menu: “Combo Anti-Galau”

  • Branding: “Jajanan penyelamat hari buruk”


🧑‍🤝‍🧑 Anak Muda Suka Komunitas: Bikin Usaha Kamu Terasa Punya “Tribe”

Anak muda cenderung gak mau jadi sekadar konsumen. Mereka mau terlibat. Mau punya rasa sense of belonging.

Coba bangun brand kamu jadi kayak “komunitas jajan bareng”:

  • Buat grup WA/Telegram buat info menu edisi terbatas

  • Ajak pelanggan kasih ide nama menu baru

  • Kasih badge/judul buat pelanggan loyal: “Lulusan Jajanan Level 5”

  • Bikin event kecil: Nongkrong bareng, review menu, Q&A di booth

Kamu bukan cuma jualan, tapi bikin ruang aman buat anak muda buat jajan sambil jadi diri sendiri.


📈 Growth Bukan dari Produk Aja, Tapi dari Cerita

Yang bikin anak muda share dan ajak temennya itu: CERITA di balik jajanannya.

  • “Ini jajanan punya anak muda juga loh”

  • “Tiap beli ini, kamu bantuin gerobak kecil biar bisa buka cabang”

  • “Menu ini hasil request terbanyak dari polling minggu lalu”

Cerita = koneksi. Koneksi = loyalitas.
Loyalitas = repeat order = cuan terus.

Oke! Kita gas ke bagian yang bikin brand kamu masuk ke hati anak muda: Emotional Branding & Storytelling. Karena di pasar ini, yang mereka beli bukan cuma rasa—tapi cerita, perasaan, dan pengalaman yang relatable.


❤️ Emotional Branding & Storytelling: Biar Jajanan Kamu Jadi Teman, Bukan Cuma Dagangan

Anak muda itu sensitif sama vibe. Mereka bisa ngerasain mana brand yang “jualan doang” dan mana yang bener-bener ngerti mereka.

“Wah, ini gue banget!” — itulah momen emas dalam emotional branding.


🧠 Apa Itu Emotional Branding?

Emotional branding adalah cara membangun koneksi dengan konsumen melalui emosi. Tujuannya bukan cuma mereka beli produk kamu, tapi mereka merasa terwakili, dimengerti, dan ditemani.

Contohnya:

  • Jualan croffle? Jangan bilang “enak dan garing”.
    Bilang: “Croffle ini temen lembur kamu jam 1 pagi. Yang manis pas, dan nggak ngeluh kayak mantan.”
  • Jualan es boba? Jangan cuma “segar dan creamy”.
    Coba: “Boba ini temen kamu tiap gagal dapet kelas favorit. Cuma dia yang selalu ada.”

🔗 Baca Juga: Usaha Penggilingan Bakso: Peluang Bisnis Stabil yang Bisa Dimulai dari Sekarang

✍️ Storytelling: Cerita Kecil yang Bikin Produk Jadi Berarti

Ceritakan asal usul produkmu, proses bikinnya, atau bahkan cerita di balik menu baru. Anak muda suka brand yang jujur dan humble.

Jenis Cerita Contoh
Cerita perjuangan “Dulu mulai dari jualan 3 menu di depan kos. Sekarang, alhamdulillah, ada antrian tiap sore.”
Cerita menu “Menu ini ide dari pembeli yang bilang, ‘kak, bikinin yang asin pedas tapi bikin kangen.’ Akhirnya lahirlah Bakso Ngelirik!”
Cerita pribadi “Aku anak kuliah semester akhir yang nekat jualan karena pengin bantu bayar UKT. Dan ini produk pertama yang aku buat sendiri.”

Cerita ini bikin brand kamu punya wajah. Bukan cuma logo.


🧑‍🎓 Kenapa Anak Muda Terhubung dengan Emosi?

Karena di usia ini:

  • Mereka lagi cari jati diri
  • Emosi lagi naik-turun
  • Butuh tempat aman, hal kecil yang bikin mereka merasa “gak sendirian”

Kalau produkmu bisa jadi comfort food + tempat curhat virtual, kamu udah menang setengah langkah!


🔧 Cara Bangun Emotional Branding

Elemen Praktik Nyata
Bahasa Gunakan bahasa sehari-hari, yang hangat dan relatable
Cerita di kemasan Tambahkan QR code ke video cerita atau tulisan singkat “Kenapa menu ini dibuat”
Respons medsos Balas komen kayak temen, bukan kayak CS. Misal: “Wkwk makasih yaa, kamu selalu jadi yang pertama coba 😭💙”
Campaign “Share cerita kamu bareng jajanan ini. Nanti kita repost dan kasih reward.”

🌈 Contoh Emotional Hook yang Bisa Kamu Pakai

  • “Jajanan ini buat kamu yang lagi ngerasa sendiri. Tapi tenang, kamu gak sendirian.”
  • “Kalau kamu pernah nangis di kos sambil makan mie, kamu ngerti rasa menu ini.”
  • “Bukan cuma enak, tapi bikin kamu inget rasanya jadi ‘anak nongkrong’ yang gak punya duit tapi punya cerita.”

📌 Emotional Branding = Investasi Panjang

Anak muda cepat bosan. Tapi mereka juga cepat sayang kalau udah ngerasa nyambung.
Dengan branding yang emosional dan jujur, kamu bukan cuma bikin mereka beli —
tapi bikin mereka cerita soal kamu ke temennya.

Dari situ, kamu nggak cuma dapet pembeli.
Kamu dapet pendukung. Kamu dapet tim promosi alami.
Kamu dapet komunitas.


🚀 Langkah Nyata: Dari Wacana ke Jualan

Sekarang kamu udah tahu:

  • Siapa anak muda sebagai target pasar

  • Kenapa mereka jajan (dan gimana cara mereka mikir)

  • Strategi branding dan storytelling yang bikin nyambung

  • Contoh produk, komunitas, sampai konten yang bisa viral

Tinggal satu hal lagi: kamu mulai.
Jangan tunggu sempurna. Mulai dari satu menu, satu ide, dan satu tempat kecil.

Anak muda bukan cari usaha besar. Mereka cari usaha yang “ngerti” mereka.


🌟 Penutup: Bukan Cuma Jajanan, Tapi Perasaan yang Dijual

Di tengah lautan makanan serupa, yang bakal diingat itu:

  • Rasa yang menyentuh

  • Cerita yang nyambung

  • Brand yang ngebuat mereka ngerasa “ini tuh gue”

Kamu bisa jadi brand itu. Asal kamu berani mainin emosi, bukan cuma promo.

Q: Kenapa usaha jajanan anak muda punya potensi besar?
A: Karena anak muda selalu penasaran dengan hal baru, suka eksplor rasa, dan aktif di media sosial. Mereka mudah tertarik dengan produk unik yang punya nilai gaya, bukan cuma rasa.

Q: Apa yang membedakan branding jajanan anak muda dengan segmen lain?
A: Branding untuk anak muda harus berani tampil beda, visualnya harus kece, bahasa komunikasinya santai, dan punya cerita yang relatable. Mereka lebih suka brand yang “ngerti mereka”.

Q: Haruskah mengikuti tren makanan viral?
A: Boleh banget, tapi jangan cuma andalkan tren. Pastikan kamu punya produk utama yang stabil dan bisa dikembangkan jadi berbagai varian biar usaha kamu tetap relevan jangka panjang.

Q: Apa peran storytelling dalam usaha jajanan anak muda?
A: Storytelling bikin produk kamu punya “nyawa”. Cerita bisa bikin pembeli merasa terhubung secara emosional dan lebih loyal, apalagi kalau mereka merasa jadi bagian dari cerita itu.

Q: Gimana cara bikin anak muda loyal sama brand jajanan kita?
A: Libatkan mereka dalam cerita brand, aktifkan komunitas, ajak mereka voting menu baru, dan kasih experience seru. Kalau mereka merasa “ini tempat gue”, mereka bakal balik lagi dan ngajak temen-temennya.

Drajad DK - Penulis Bisniz.id
✍️ Drajad DK
Penulis sekaligus pelaku usaha mandiri di industri kreatif sejak 2013, dengan pengalaman di bidang konveksi, digital printing, franchise kuliner, serta strategi pemasaran berbasis SEO dan SEM.
🔗 Lihat Profil Lengkap