Coba bayangin: kamu udah berhasil bangun kandang puyuh kecil-kecilan di belakang rumah. Puyuhnya sehat, rajin bertelur, dan tiap hari ada aja yang beli telur segar. Tapi tiba-tiba…
“Mas, itu bau dari belakang kayaknya makin nyengat deh,”
Warga mulai protes. Cuan jalan, tapi tetangga mulai tutup hidung.
Kalau udah begini, mimpi punya usaha ternak rumahan bisa bubar jalan—kalau kamu nggak buru-buru beresin sumber baunya.
Bisa Nggak Sih Usaha Ternak Puyuh Tanpa Bau?
Jawabannya? Lebih tepatnya: bisa banget meminimalisir bau supaya cuma terasa di sekitar kandang aja, nggak sampai bocor ke ruang tamu atau ke rumah tetangga sebelah.
Yap, namanya juga kandang, pasti ada efek bau. Tapi itu bukan berarti kamu harus rela hidup bareng aroma amonia tiap hari. Kuncinya ada di pengelolaan kotoran dan ventilasi kandang.
Kalau dua hal ini bisa kamu atur, 80% masalah bau langsung bisa kamu kendalikan. Jadi bukan soal “bisa atau nggak”, tapi lebih ke “mau disiplin atau nggak?” 😎
Dua Tipe Peternak: Reaktif vs Proaktif Soal Bau
Dalam dunia ternak puyuh rumahan, biasanya ada dua tipe peternak soal urusan bau:
🛠 1. Ternak Dulu, Baru Kelabakan Sama Bau
“Ini sering terjadi karena banyak yang mikir: yang penting puyuhnya dulu, urusan bau belakangan.”
Tipe ini biasanya udah mulai jalan. Puyuh udah bertelur, kandang udah berdiri… tapi setelah seminggu, bau mulai nyebar dan bikin panik.
Baru deh cari cara ngatasin: mulai dari beli pengharum, cari info EM4, sampai bingung kenapa tetangga makin sering nutup jendela.
Tantangannya: perlu kerja ekstra buat “memperbaiki yang terlanjur”. Tapi tetap bisa diselamatkan kok, asal mau ubah pola bersih-bersih dan atur ulang kandang.
🧠 2. Belum Mulai, Tapi Mau Siapkan Sistem Anti-Bau
“Tipe ini biasanya lebih tahan lama, karena masalah nggak datang tiba-tiba.”
Nah, ini tipe yang lebih ideal. Belum mulai ternak, tapi udah mikir ke depan:
-
Mau pakai pakan apa?
-
Kandang model gimana biar gampang dibersihin?
-
Ventilasinya cukup nggak?
-
Bisa nggak kandang ditempatin deket dapur tanpa bikin bau?
Keunggulannya: bisa bikin standar dari awal. Hasilnya, kandang lebih efisien, puyuh sehat, dan warga tetap damai.
Kamu masuk ke tipe yang mana?
Dua-duanya sah-sah aja kok—yang penting, nggak menyepelekan urusan bau karena itu bisa jadi titik gagal usaha rumahan kalau nggak ditangani.
Trik Pengendalian Bau Kandang: Bukan Cuma Soal Semprot-Semprot
Kalau kamu serius mau usaha ternak burung puyuh tapi tetap ramah lingkungan (dan ramah tetangga), pengendalian bau harus dirancang dari awal. Bukan cuma soal nyemprot pengharum, tapi tentang bagaimana sistem kandang bekerja bareng pola rawat harian.
Yuk kita bahas 3 aspek penting yang saling mendukung: desain, pakan, dan kebersihan harian.
🏠 1. Dari Segi Pembuatan Kandang
❗“Kalau kandang kamu terlalu lembap, itu undangan buat jamur & bau menyengat.”
Desain kandang yang buruk = penumpukan bau. Makanya sebelum mulai, pastikan beberapa poin ini udah masuk ke checklist kamu:
-
Alas kandang pakai nampan + sekam/zeolit, biar kotoran nggak nempel di lantai dan gampang dibersihin.
-
Kandang model rak bertingkat lebih hemat tempat dan memudahkan pembersihan kotoran dari bawah.
-
Sirkulasi udara harus lancar, bisa lewat jendela, lubang ventilasi, atau exhaust fan kecil.
-
Pencahayaan alami masuk, karena sinar matahari bantu menekan pertumbuhan bakteri penyebab bau.
-
Kelembaban dijaga, jangan sampai kandang terlalu lembap. Bisa pakai kapur atau zeolit di sekitar area lembap.
Kalau semua ini bener dari awal, 70% masalah bau udah kamu cegah sebelum muncul.
🔗 Baca Juga: Usaha Budidaya Udang Vaname di Kolam Terpal: Cepat Panen, Gampang Dijual
🍽️ 2. Dari Segi Pakan dan Suplemen
Yang masuk ke mulut puyuh, akan keluar juga sebagai kotoran. Jadi kualitas bau juga tergantung dari apa yang kamu kasih makan.
-
Gunakan pakan komersial khusus puyuh petelur, jangan asal campur sisa dapur atau jagung mentah doang.
-
Tambahkan probiotik (EM4 peternakan) ke minumannya. Ini bantu memperlancar pencernaan dan mengurangi gas amonia di kotoran.
-
Bisa juga selingi dengan ramuan herbal fermentasi yang aman seperti kunyit+temulawak+molase.
-
Hindari pakan busuk atau terlalu basah karena bisa fermentasi sendiri dan bikin bau makin menyengat.
🧼 3. Dari Segi Pengelolaan Kandang (SDM alias Kamu Sendiri)
Nah ini bagian yang sering diabaikan. Padahal, sistem bagus tanpa kedisiplinan = tetap bau.
-
Jadwal bersih kandang minimal 2 hari sekali. Jangan tunggu seminggu, nanti numpuk!
-
Semprot larutan EM4 + gula merah + air tiap 2–3 hari ke bagian bawah kandang, bukan ke puyuhnya langsung.
-
Cek tray kotoran dan semprot ulang kalau kelembapan tinggi, terutama saat musim hujan.
-
Gunakan APD ringan (sarung tangan & masker) agar kamu juga nyaman kerja bersih-bersih tanpa ngeluh.
Dan kalau kamu punya pekerja/pembantu ternak, pastikan mereka tahu SOP ini juga. Jangan sampai yang kamu bangun disiplin, tapi yang bersihin kandang ogah-ogahan.
Apakah Bau di Kandang Mempengaruhi Produktivitas Telur?
Jawabannya: iya, banget.
Bau kandang yang menyengat itu bukan cuma ganggu tetangga, tapi juga ganggu puyuhnya sendiri.
Puyuh itu hewan kecil yang sensitif sama lingkungan. Kalau kandang bau, lembap, dan ventilasi buruk, mereka jadi:
-
Stres dan gelisah
-
Makan jadi males
-
Nafsu bertelur turun
-
Bahkan bisa lebih rentan kena penyakit pernapasan
Akibatnya? Telur yang seharusnya bisa 80–90% produksi per hari, bisa drop jauh hanya karena bau kandang yang nggak terkontrol.
Jadi, pengendalian bau itu bukan cuma buat kenyamanan manusia, tapi juga investasi langsung ke produktivitas ternakmu. Kandang bersih = puyuh happy = telur stabil = cuan lancar.
💸 Jangan Sampai Bau Ternakmu Menurunkan Cuanmu
Banyak orang fokus ke produksi telur tinggi, tapi lupa:
bau kandang yang dibiarkan bisa nurunin cuan secara diam-diam.
Kok bisa?
- Tetangga mulai nggak nyaman = keluhan lingkungan = risiko usaha ditutup
- Puyuh stres karena kandang lembap = produksi telur drop
- Bau nyengat = susah nawarin ke reseller, minimarket, atau pelanggan tetap
Artinya: kamu udah keluar modal buat pakan, tenaga, dan perawatan—tapi hasil akhirnya ketahan gara-gara bau. Sayang banget, kan?
Kalau kamu bisa tekan bau sejak awal, artinya kamu bukan cuma peternak—kamu pelaku usaha yang mikir jangka panjang.
💼 Estimasi Modal Awal
Sebelum mulai beternak, kamu harus tahu apa aja komponen utama yang perlu dibeli di awal. Ini adalah biaya yang hanya dikeluarkan sekali di awal sebagai investasi, termasuk kandang dan bibit puyuh.
Komponen | Estimasi Biaya |
---|---|
Bibit puyuh 200 ekor | Rp320.000 |
Kandang rak + tray + alat kecil | Rp1.200.000 |
Starter pakan + probiotik EM4 awal | Rp300.000 |
Total Modal Awal | Rp1.820.000 |
🔗 Baca Juga: 15 Ide Usaha Ternak Burung yang Menjanjikan di Masa Depan
📊 Estimasi Biaya Operasional Bulanan
Selain modal awal, kamu juga harus siap dengan biaya bulanan. Ini adalah biaya rutin yang harus dikeluarkan untuk menjaga puyuh tetap sehat dan kandang tetap bersih—terutama kalau kamu ingin beternak tanpa gangguan bau.
Komponen | Estimasi Bulanan |
Pakan | Rp300.000 |
Probiotik + Vitamin | Rp80.000 |
Listrik, air, kebersihan | Rp30.000 |
EM4 & bahan semprot | Rp50.000 |
Opsional tenaga bantu | Rp100.000 |
Total Biaya Bulanan | Rp560.000 |
📅 Kapan Puyuh Mulai Bertelur?
Puyuh mulai bertelur di usia 35–40 hari, tapi stabilnya di umur 45–60 hari. Kalau kamu beli bibit usia 3 minggu (21 hari), berarti kamu harus tunggu:
- ±2–3 minggu untuk mulai bertelur
- ±4–5 minggu untuk produksi stabil
Artinya, bulan pertama = belum cuan. Baru bulan ke-2 dan ke-3 kamu bisa mulai menghitung pendapatan.
📆 Simulasi Cuan 3 Bulan Pertama
Setelah tahu biaya awal dan operasional, sekarang kita hitung realistisnya seberapa cepat usaha ini bisa menghasilkan. Simulasi ini dibuat untuk 3 bulan pertama dengan asumsi puyuh mulai bertelur di bulan ke-2.
🧮 Cara Menghitung Omzet:
Omzet harian dihitung dari hasil produksi telur:
- Jumlah puyuh: 200 ekor
- Tingkat produksi optimal: 80% dari populasi = 160 telur per hari
- Harga jual rata-rata per butir: Rp300
Omzet harian: 160 telur x Rp300 = Rp48.000
Omzet bulanan (30 hari): Rp48.000 x 30 = Rp1.440.000
Bulan | Produksi | Omzet | Biaya Operasional | Laba Bersih |
1 | Belum bertelur | Rp0 | Rp560.000 | -Rp560.000 |
2 | Mulai produksi | Rp900.000 | Rp560.000 | Rp340.000 |
3 | Produksi optimal | Rp1.440.000 | Rp560.000 | Rp880.000 |
🧮 Total Akumulasi dan BEP
Break-Even Point (BEP) atau titik balik modal adalah momen ketika jumlah pemasukan sudah menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan sejak awal. Ini penting banget buat tahu kapan kamu bisa mulai menikmati keuntungan bersih.
🔗 Baca Juga: Ternak Semut Rangrang, Panen Kroto! Usaha Rumahan yang Gak Main-Main
📌 Rumus BEP:
BEP = Total Biaya / Laba Bersih Bulanan
Sekarang mari kita hitung ulang berdasarkan simulasi 3 bulan sebelumnya:
- Total Pengeluaran: Rp3.500.000 (modal awal + biaya operasional 3 bulan)
- Total Pemasukan: Rp2.340.000
- Rugi sementara (defisit): Rp1.160.000
- Laba bersih bulan ke-3: Rp880.000
- BEP = Total Biaya ÷ Laba Bersih Bulanan = Rp3.500.000 ÷ Rp880.000 = ± 3,97 bulan
➡️ Jadi, BEP diperkirakan tercapai di akhir bulan ke-4 atau awal bulan ke-5. Setelah itu, barulah kamu benar-benar mulai untung bersih setiap bulan.
🛍️ Siapa Target Pasar Telur Puyuh Segar?
Ternakmu nggak akan bertahan lama kalau nggak ada pembelinya. Untungnya, telur puyuh itu punya pasar loyal:
- Ibu-ibu warung makan & tukang pecel
- Penjual camilan telur puyuh tusuk
- Minimarket/ritel lokal (kalau packaging rapi)
- Konsumen rumah tangga di marketplace lokal (Tokopedia/Shopee Area)
💡 Telur puyuh yang bebas bau dan dikemas bersih bisa diposisikan sebagai produk segar premium buat pasar urban.
📦 Tips Jualan Telur Puyuh Tanpa Komplain Bau
- Pisahkan tempat produksi dan area pengemasan (jangan packing dekat kandang)
- Gunakan tray telur bersih dan label nama usahamu
- Promosikan di grup WA komplek, IG lokal, dan warung dekat rumah
- Bisa bikin tagline:
“Telur Puyuh Segar, Tanpa Drama Bau Kandang!”
🌱 Bonus Cuan: Ubah Kotoran Jadi Pupuk Organik
Jangan buang kotoran begitu saja. Kotoran puyuh kering (terutama yang diserap zeolit/sekam) bisa:
- Dijual ke petani atau tukang taman
- Dijadikan kompos campuran organik
- Atau dikemas ulang sebagai pupuk tabur (bisa jadi lini bisnis baru)
5 Langkah Praktis Ternak Puyuh Minim Bau
Kalau kamu pengen langsung mulai tapi tetap minim gangguan, ini langkah praktisnya:
- Pilih lokasi kandang yang punya sirkulasi udara bagus dan nggak nempel ke dapur atau kamar tidur.
- Gunakan kandang rak bertingkat + nampan sekam/zeolit untuk tampung kotoran.
- Berikan pakan berkualitas + EM4, jangan asal campur sisa dapur.
- Semprot larutan EM4 + gula merah tiap 2–3 hari ke area kotoran.
- Bersihkan kandang rutin, jangan tunggu sampai bau menyengat baru panik.
Penutup: Ternak Sehat, Produksi Lancar, Lingkungan Aman
Bau bukan cuma masalah bau—tapi bisa jadi lubang kebocoran cuan diam-diam.
Kalau kamu bisa bikin ternak puyuh yang minim bau, sehat, dan produktif, kamu bukan cuma pelaku usaha rumahan.
Kamu udah selangkah lebih maju jadi pebisnis yang paham kualitas, sistem, dan branding.
Jangan cuma fokus di satu jenis ternak aja. Kalau kamu tertarik usaha lain yang juga cepat panen dan cocok untuk lahan terbatas, kamu bisa cek juga👉 Panen Lele 29 Hari
FAQ
Q: Apakah puyuh bisa diternak di area padat penduduk?
A: Bisa, asal pengelolaan bau dilakukan sejak awal dengan sistem kandang dan pakan yang tepat.
Q: Berapa lama puyuh mulai bertelur setelah dibeli?
A: Kalau beli bibit usia 3 minggu, butuh 2โ3 minggu lagi untuk mulai bertelur.
Q: Apakah pupuk dari kotoran puyuh bisa dijual?
A: Bisa banget. Kotoran kering dengan zeolit bisa jadi pupuk organik yang laku di pasar tani.
Q: Gimana cara jualan telur puyuh biar cepat laku?
A: Fokus ke warung makan, camilan telur puyuh tusuk, dan pasar lokal. Bonus kalau packaging kamu rapi dan nggak bau.
Q: Apa tanda kandang puyuh kamu mulai butuh dibersihkan?
A: Kalau mulai ada aroma amonia menusuk, atau nampan kotoran udah mulai lembap dan menggumpal.

Penulis sekaligus pelaku usaha mandiri di industri kreatif sejak 2013, dengan pengalaman di bidang konveksi, digital printing, franchise kuliner, serta strategi pemasaran berbasis SEO dan SEM.
๐ Lihat Profil Lengkap